Kamis, 08 Oktober 2015

MILITER INDONESIA DI MATA DUNIA

MILITER INDONESIA DI MATA DUNIA

TNI Indonesia
Oleh  Rifa Arifin, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
TNI baru saja memperingati HUT ke 70 tanggal 5 Oktober lalu, dengan acara puncak memperagakan keunggulan-keunggulan militer Indonesia. Siapa sangka, ternyata kekuatan militer Indonesia kini termasuk yang diperhitungkan di dunia. Indonesia menjadi satu-satunya negara di ASEAN yang masuk dalam daftar kekuatan militer terbesar di dunia.
Indonesia dinilai mempunyai kekuatan militer lebih baik dibanding Australia, Singapura dan Malaysia. Sungguh, ini sebuah keunggulan Indonesia sehingga bisa menjadi negara yang diperhitungkan. Malahan hanya beberapa tingkat di bawah Israel dan lebih kuat dari Australia !
Koran TEMPO beberapa waktu lalu memberitakan peringkat negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia, di mana Indonesia berada di posisi 12, hanya satu tingkat di bawah Israel yang nomor 11.
Sebuah lembaga pengamat militer internasional telah merilis daftar peringkat negara-negara dengan kekuatan militer di dunia. Dalam daftar yang dirilis Global Fire Power, Indonesia duduk di peringkat ke-16 setelah Israel yang menduduki peringkat ke-15 dari 20 besar kekuatan militer di seluruh dunia.
Sementara itu dalam peringkat yang dibuat oleh Asian-Pacific Ranked by Military Power (2015), Indonesia berada di urutan 8 dan Australia dibawahnya di urutan 9.
Menurut Ismet Rauf, wartawan senior, pengamat militer, yang sekarang juga Pemimpin Redaksi Kantor berita Islam Miraj Islamic News Agency (MINA), membangun kekuatan militer adalah keniscayaan yang harus dilakukan untuk sebuah negara yang ingin diperhitungkan di forum internasional, termasuk oleh negara-negara jiran. “Kini jiran seperti Malaysia, Singapura, Australia, PNG, tak berani lagi macam-macam seperti dulu lagi, kan ?” katanya.
Karena itu, lanjutnya, dalam keterbatasan dana negara dan prioritas pada pembangunan ekonomi, Indonesia terus melakukan pembangunan kekuatan militer, walau barulah untuk mencapai tahap yang secara militer disebut “Minimum Essential Forces” (MEF).
Namun demikian, Ismet Rauf, yang juga anggota Tim Penulis buku “Diplomasi Indonesia” (Kemlu RI, 1995), menambahkan, membangun kekuatan militer sangat diperlukan, namun terbukti belakangan ini, itu saja tidak cukup.
Menurutnya, tidak ada lagi negara yang menang perang dengan keunggulan militer saja pasca Perang Dunia ke II.
“Keunggulan militer bukanlah lagi penyebab kemenangan. Lihat kegagalan militer Perancis di Vietnam dan Aljazair. Lihat pula kegagalan Amerika Serikat di Vietnam, Afganistan dan Irak. Rusia yang punya hegemoni secara militer-pun gagal bertahan menguasai Afghanistan dan Ukraina. Demikian pula Israel yang kuat secara militer, nyatanya tidak sertamerta menang, menghadapi Palestina yang menjalankan perjuangan multi-dimensional (militer, diplomasi, ekonomi, politik, agama). Kedigdayaan militer bukan lagi jadi  andalan utama untuk menang. Maka belakangan muncullah generasi baru perang yang disebut Fourth Generation Warfare  atau biasa disingkat 4GW. Maknanya perang tak bisa dimenangkan  bila hanya mengandalkan keunggulan militer,” tegasnya.
Maka kini di damping membangun keunggulan militer, personil, alat utama sistem persenjataan (alutsista), pangkalan militer, intelijen dan lain-lain, Indonesia juga makin aktif dalam konsep 4GW : meningkatkan peranan dalam organisasi-organisasi internasional seperti PBB, OKI, ASEAN ; meningkatkan peranan dalam isyu-isyu internasional seperti Palestina, Rohingya, kerjasama ekonomi selatan-selatan, memberi pendidikan/pelatihan bagi pemuda-pemuda negara selatan, kerjasama kebudayaan dan lain-lain.

Dirgahayu TNI 70
Sejarah mencatat, sebagian besar generasi pertama perwira dan pasukan cikal bakal TNI adalah tokoh Islam, ulama, santri, pemuda Islam, yang tergabung dalam berbagai laskar.
Demikian juga pimpinan tertinggi pertama TNI adalah Jendral Besar Soedirman, yang sebelum perang kemerdekaan menjadi guru di sekolah Muhammadiyah.
Presiden Jenderal Besar Soeharto yang antara lain membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang anti Tuhan,  pernah belajar di sekolah Muhammadiyah.
Dalam peringatan HUT TNI yang ke-70, Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh pejuang kemerdekaan dan para pendahulu negara juga pemimpin nasional mulai dari Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden B.J. Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Jokowi menegaskan untuk membangun pertahanan perlu meningkatkan alat utama sistem persenjataan (alutista) secara terpadu. Saat ini semua negara berlomba-lomba dalam meningkatkan pertahanannya. Ia menambahkan pemerintah juga akan mengupayakan membangun TNI yang makin kokoh, alutista yang makin lengkap dan makin modern untuk mengimbangi kemajuan zaman.
“Indonesia akan terus mengirimkan pasukan perdamaian ke berbagai belahan dunia, menjadi penengah konflik, memberikan kepemimpinan dalam pembuatan norma-norma regional dan global,” tegas Jokowi.
Ia menambahkan, Indonesia juga akan terus berkontribusi dan berperan dalam menciptakan keamanan di Asia Tenggara, serta memberikan kepemimpinan di Samudra Hindia, di mana Indonesia akan menjadi pemimpin Indian Ocean Rim Association pada 2015-2017.
“Indonesia juga terus mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan dan kezaliman serta menyerukan agar saudara-saudara Muslim di Timur Tengah meletakkan senjata dan berdamai demi kepentingan ukhuwah Islamiyah,” katanya.

About the Author

Yamin hazman

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Posting Komentar

Popular Posts

 
Berbagi Itu Indah © 2015 - Blogger Templates Designed by Templateism.com