Kamis, 08 Oktober 2015

ABDUS SALAM, MUSLIM PERAIH NOBEL FISIKA 1979

ABDUS SALAM, MUSLIM PERAIH NOBEL FISIKA 1979

Oleh: Hasanatun Aliyah, Mahasiwa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jabar
Abdus Salam
Professor Abdus Salam seorang pemenang Hadiah Nobel dunia di antara para ahli fisika teoritis di abad yang baru berlalu, sebagai periset akbar mengenai interaksi partikel nuklir elementer dan strukturnya.
Memberikan kontribusi besar bagi penelitian dan paham dunia yang multi kompleks dan bersifat probabilistik, yang telah mencapai tingkatan teori mekanika klasik Newton dan kaidah Phisika Quantum.
Ahli fisika terkenal yang lahir 26 Januari 1926 di Jhang, sebuah kota kecil yang terletak di barat laut perbatasan India. Sejak 1947, daerah ini menjadi bagian dari Punjab, salah satu dari empat provinsi Pakistan,  juga pencipta ‘model standar’ dari struktur atom, Konsep paling modern dari fisika teoritis menghasilkan gambaran konstruksi dari suatu teori yang menggabungkan elektromagnetisme dengan interaksi lemah dari partikel nuklir.
Secara sederhana dikatakan seorang ilmuwan Muslim telah pengungkapan kaidah fundamental yang berlaku umum baik dalam suatu makrokosmos. Kaidah yang ditemukan menjelang abad 21 telah membawa fajar baru dalam pemahaman filosofis Ketunggalan Alam Semesta.
Sosok penata ilmu yang diakui seluruh dunia, pendiri dan selama periode tigapuluh tahun telah menjadi pemimpin dari International Centre of Theoretical Physics (ICTP) di Trieste, Italia, Profesor Abdus Salam yang diakui sebagai ikon dan sumber ilham dari kebangkitan sains di dunia Islam, termasuk di negara berkembang seperti, Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Menurut perkiraan lebih 70.000 ilmuwan muda dari 80 negara berkembang, telah lulus dari Sentra Ilmiah yang diberi nama menurut Profesor Abdus Salam.
 Masa Pendidikan
Masa kecil ia dididik dengan solid oleh ibunya yang secara teratur membacakan doa-doa Islam kepada anaknya dan ibunyalah yang pertama kali menyadari kemampuan ingatan phenomenal dari anaknya tersebut.
Abdus Salam dengan mudah menghafal ayat Al-Quran. Ayahnya, Hazrat Mohammad Hussein, sebagai guru segera menyadari bahwa sekolah lokal tidak akan menambah banyak pada pendidikan putranya. Karena itu ia berusaha sekuat tenaga guna mengirim putranya ke akademi negeri untuk studi intensif.
kemudian Abdus Salam (12 tahun) dikirim ke Lahore, pusat kebudayaan dan politik yang besar di benua India, pertama kalinya tiba di Lahore dari desa terbelakang (qasba) dimana pertama kalinya baru melihat lampu listrik, ternyata ia mempunyai fikiran dan pandangan yang lain.
Pestasi
Prestasinya di Punjab University, membawanya lulus (1946) dengan nilai teratas.
Keberhasilan di studi memberikan kesempatan beasiswa guna melanjutkan pendidikan di Inggris ke Cambridge University yang terkenal ke seluruh dunia.
Pada 1949 ia memperoleh gelar MA dengan pujian tertinggi di bidang matematika dan fisika.
1950-1952 ia sibuk dengan penelitian awal di bidang Fisika Quantum di Laboratorium Cavendish yang terkenal, sebuah lembaga yang sejak pertengahan abad ke duapuluh telah menjadi pusat utama dari fisika teoretikal.
Cendekiawan Muslim muda dari Pakistan, yang nama negerinya baru saja muncul dalam peta politik dunia, secara tak terduga melesat masuk ke dalam konstelasi dunia ahli fisika teoreti, dan berhasil mendapatkan gelar doktor.
Thesis yang dikemukakannya tentang elektrodinamika quantum, untuk mendapat penghargaan premium Smith, justru sebelum thesis itu disetujui secara formal. Dengan ini jalan menuju ‘Ilmu’ huruf besar serta pintu-pintu gerbang laboratorium riset terbaik dunia menjadi terbuka baginya.
Profesor Abdus Salam kembali ke Cambridge di mana ia mengajar Matematika (1954). Selama 35 tahun berikutnya menjabat sebagai profesor fisika teoretikal di London University.
Studi yang dilakukannya mendapat penghargaan berbagai premium internasional. Di kota London ia menghabiskan 40 tahun dari usianya, baginya merupakan tempat yang nyaman guna refleksi atau renungan keilmiahan. Ia selalu mengunjungi kota ini setiap bulan bahkan ketika ia memimpin lembaga Centre of Theoretical Physics di Trieste.
Puncak Ilmu
secara tekun mulai mempelajari hukum dasar dari elektromagnetisme yang pertama kali ditemukan oleh Faraday dan Maxwell lama sebelumnya. Kemudian ia mencengangkan dunia ilmiah dengan penemuan dirinya sendiri dalam bidang ruang lingkup pengetahuan muncul istilah baru yaitu ‘Electroweak’ (electro weak interaction interaksi lemah elektro) dalam dunia fisika nuklir.
Dia menjadi pemenang pertama dari Premium Maxwell dan medali Maxwell yang diberikan oleh Scientific Organisation of the United Kingdom, dan penghargaan nominasi lainnya yang tidak kalah prestasinya seperti Premium Robert Oppenheimer, medali Einstein (UNESCO, Paris), Birla Premium (India), medali emas Lomonosov (USSR Academy of Sciences) dan banyak lagi lainnya.
Ia juga menulis buku dan monograf ilmiah lebih dari tigaratus artikel mengenai problema paling kompleks dari fisika nuklir serta permasalahan aktual mengenai persiapan ilmuwan muda di negara berkembang.
Sebagai hasil akhir penelitian fundamental di bidang fisika nuklir telah menghasilkan kemenangan dalam bentuk pengakuan dan ketenaran dunia. Dimana Prof Abdus Salam ditunjuk sebagai anggota dari sekitar 50 lembaga ilmiah akademisi disamping beberapa asosiasi ilmiah dunia.
Rahasia Mikrokosmos Quantum
Minimnya publikasi di bidang ilmiah, sebagaimana dimaklumi, tanpa interaksi antara para ahli maka kemajuan ilmiah menjadi suatu hal yang mustahil, namun kemajuan telah merubah total paradigma ilmiah serta sudut pandang para ilmuwan mengenai metode pengenalan dan penataan dasar dari alam semesta.
Tahun 50-70an, Prof Abdus Salam sedang tenggelam menekuni riset teoretikal lanjutan yang mengungkapkan bahwa sejumlah besar fenomena dan proses alamiah seperti pembelahan nukleus, formasi bintang neutron, pembentukan komposisi kimiawi dan struktur dari spiral DNA, cara kerja transistor semikonduktor, laser dan berbagai hal lainnya, mengikuti kaidah Mekanika Quantum.
Dengan keimanan yang kuat pada kekuasaan Allah s.w.t. serta berbekal aparatus matematika yang paling presisi ditambah ajaran AlQuran maka ilmuwan muda ini menjadi terbenam dalam penelitian tentang mikrokosmos rahasia dari partikel elementer.
Dari 1970-1980, Profesor Abdus Salam bersama dengan ilmuwan India yang juga profesor dari Maryland University, Amerika Serikat, yaitu Jagesh Pata bersama menggeluti masalah interaksi tiga daya kekuatan elektromagnetik, daya lemah dan daya kuat dari nuklir.
Di 1979 ia mentilawahkan beberapa ayat dari AlQuran dalam pidatonya di aula Nobel Hall. Ini pertama kalinya dalam sejarah aula itu diperdengarkan ayat-ayat AlQuran. Ia menyatakan: “Islam merupakan keimanan semua ahli fisika karena memberikan inspirasi dan dorongan bagi kami semua. Bertambah dalam kami mencari, bertambah kagum kita dibuatnya tetapi juga bertambah banyak misteri baru yang muncul.”
Sebuah nukleus terdiri dari partikel dua jenis yaitu proton dan neutron, jadinya nukleus biasa disebut nukleon. Banyak artikel dan renungan ilmiah brilian dari para ilmuwan tentang masa lalu dan masa depan dunia Muslim yang telah menjadi saksi akan hal tersebut. Mayoritas dari artikel itu termaktub dalam koleksi karyanya yang berjudul Ideals and Realities.
Buku ini telah terbit dalam beberapa edisi selama masa hidup si pengarang. Koleksi ini diterbitkan dalam bahasa Barat (Inggris, Perancis, Italia dan Romania) serta bahasa di Timur seperti Arab, Parsi, Benggala, Punjabi dan Urdu, dan Cina dimana tiga yang terakhir digunakan sebagai rujukan oleh pengarang ini.
Monograf Prof Abdus Salam lainnya yang menarik adalah Revival of Science in Islamic Countries yang diterbitkan di Singapura pada tahun 1994.
Ia orang yang rajin dalam ibadahnya, dalam pernyataan publik serta artikelnya ia menekankan bahwa terdapat 750 ayat dalam AlQuran sebagai firman Tuhan yang memerintahkan manusia untuk mempelajari alam serta mencari sarana guna mengendalikannya. ‘Aku telah mengabdikan seluruh hidupku untuk menerapkan perintah AlQuran tersebut’ katanya.
Pahlawan Pakistan
Sebagian besar umur Profesor Abdus Salam dihabiskan jauh dari tanah air. Ia disibukkan dengan riset ilmiah di London dan Trieste serta berkeliling ke seluruh dunia untuk mengikuti berbagai konferensi dan forum ilmiah internasional.
Selama 40 tahun hidup di negeri asing di tengah bangsa yang mayoritas Kristen, ia tetap saja merupakan seorang Muslim yang taat. Walaupun didekati melalui berbagai cara, ia tidak mau berpindah menjadi warga negara dari negeri dimana ia tinggal. Ia tetap saja menganggap dirinya warga Pakistan dan tidak pernah kehilangan hubungan dengan tanah airnya.
Pertemuan di Moskow
Profesor Abdus Salam mengunjungi Moskow lebih dari satu kali dan ia merupakan peserta yang dinantikan pada konferensi ilmiah akbar dan perayaan ulang tahun akademi-akademi yang diadakan.
Para ahli teoritis dan fisika Soviet mengenal dan mengagumi karya-karya ilmiahnya. Jauh sebelum dianugrahi Hadiah Nobel, pada tahun 1971 Profesor Abdus Salam secara aklamasi terpilih sebagai anggota dari USSR Academy of Science. Kemudian pada tahun 1983 ia memperoleh penghargaan Lomonosov Gold Medal yang merupakan penghargaan tertinggi dari USSR Academy of Science.
Mereka bertemu ketiga kalinya pada tahun 1987 ketika A. Sakharov kembali ke Moskow. ‘Aku selalu terpesona oleh pengetahuan Sakharov yang demikian komprehensif. Sebagai pribadi mau pun sebagai seorang ilmuwan, ia patut mendapat penghargaan dan menjadi legenda di masa hidupnya’ demikian tulis Profesor Abdus Salam ketika ilmuwan Rusia itu meninggal secara mendadak.
Ia pun mengambil bagian dalam sebuah konferensi internasonal yang besar di Moskow mengenai pengurangan senjata nuklir. Ia secara tegas mendukung larangan atas senjata pemusnah massal. Ia selalu menghimbau komunitas dunia untuk memanfaatkan potensi studi tenaga nuklir hanya untuk tujuan damai dan konstruktif saja.
Pada 1992, Rektor dari St Petersburg University secara khusus berkunjung ke Trieste, Italia, untuk menyampaikan diploma honorer Doctor of Science dari universitas tersebut kepada Prof Abdus Salam. Kemudian, 1995 ia mendapat penghargaan Maxwell di Inggris serta medali emas yang diberikan oleh Akademi Pekerja Kreatif Rusia.
Profesor Abdus meninggal dunia diNovember 1996 dan sesuai dengan wasiatnya, ia dimakamkan disebuah pemakaman Muslim di kota Rabwah, berdekatan dengan makam orangtuanya.
Berkat upaya yang sangat luar biasa, dalam waktu singkat Sentra telah menjadi ‘tempat menempa’ beberapa generasi ahli fisika untuk bisa menggeluti dan bercengkerama dengan tokoh-tokoh utama dari dunia sains. Berbagai sumber.

About the Author

Yamin hazman

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Posting Komentar

Popular Posts

 
Berbagi Itu Indah © 2015 - Blogger Templates Designed by Templateism.com